welcome to blog http://marvelsip.blogspot.com/
welcome to blog

Rabu, 25 September 2013

Prosesi larung sesaji siraman di sedudo

Pemkab Nganjuk melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Nganjuk menggelar siraman di objek wisata air terjun Sedudo beberapa waktu lalu. Dalam acara tersebut, ratusan pengunjun...g berjubel ingin melihat langsung prosesi siraman. "Ini memang menjadi agenda tahunan bagi Pemkab Nganjuk. Makanya harus terus dipertahankan agar daya tarik air terjun Sedudo bisa tetap terjaga," kata Abdul Wakid, Kabag Humas Pemkab Nganjuk.

Prosesi siraman diawali dengan tabur bunga bunga di tengah-tengah objek wisata air terjun sedudo yang dilakukan Wakil Bupati Nganjuk KH Abdul Wachid Badrus (Gus Wachid). Usai menabur bunga, Gus Wahid pun melarung sesaji ke tengah-tengah area air terjun sedudo. "Ini sebagai pertanda kalau Pemkab Nganjuk selalu memperhatikan air terjun sedudo sebagai tempat wisata andalan di Kabupaten Nganjuk," jelas Gus Wachid.

Gus Wachid mengungkapkan, air terjun sedudo memang menjadi objek wisata paling ternama di Kabupaten Nganjuk. "Nama sedudo telah dikenal hingga luar daerah. Jadi kalau ada prosesi siraman, kami rasa itu bisa menambah daya tarik pengunjung," katanya. Bukan hanya mengikuti prosesi siraman, Gus Wachid pun ikut mandi di bawah air terjun sedudo bersama masyarakat. "Katanya kalau mandi bisa membuat awet muda," ucapnya. Karena itulah, kata Gus Wachid, dirinya mengajak masyarakat untuk mandi bersama di
air terjun sedudo.

Sementara, ritual Siraman Sedudo kali ini berlangsung meriah dan sakral. Kemasan tari Bedhayan Amek Tirta semakin menambah kesakralan prosesi. Tari itu sendiri merupakan penggambaran rasa wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tari ini dibawakan oleh lima penari cantik. Sedangkan di belakangnya siap sepuluh gadis berambut panjang siap dengan klentingnya dan lima perjaka yang siap mengambil air (amek tirta) dari gerojogan Sedudo. Para penari tersebut, menari sambil membawa klenthing, Sedang, penggarapan tari ditangani oleh para seniman muda, yaitu Kokok Wijanarko, S.Sn, bersama istrinya, Ratri Mulyandari.
Sebelum pertunjukan tari dimulai, seorang penunjuk jalan (cucuk lampah) telah memandu jalan menuju air terjun Sedudo. Di belakang berderet lima sesepuh membawa dupa dan sesaji disusul para putri domas, lima penari Bedhayan, dan paling belakang terdiri dari 10 gadis berambut panjang dan 5 perjaka tampan. Yang menambah suasana menjadi sakral adalah aroma harum yang keluar dari kepulan asap dupa. Ini pertanda prosesi benar-benar dimulai, saat spriritualist, Ki Suprapto HS, membacakan mantra-mantra sambil membakar dupa menghadap ke guyuran air terjun Sedudo. Selanjutnya diikuti ritual larung sesaji ke dalam air Sedudo oleh Bupati Nganjuk. Setelah usai, mereka bersama-sama kembali menuju persiapan pertunjukan tari Amek Tirta. Di akhir pertunjukan tari, Bupati Nganjuk menyerahkan klenthing ke sepuluh gadis berambut panjang sebagai pertanda proses ritual Amek Tirta dilaksanakan.
Semua harus turun di bawah guyuran air terjun sedudo, yang konon memiliki kekuatan magis dapat menjadikan orang yang mandi awet muda. Saat itu, para ritual yang menenteng 'klenthing' hanya sekadar mengisi air sedudo yang mengguyur. Kendati harus berbasah-basah, para gadis cantik bertubuh ideal tersebut harus rela demi mendapatkan 'tirta amerta.'
Juga menurut mitosnya, gadis dan perjaga yang mengambil 'tirta amerta' ini harus masih suci, untuk menggambarkan bahwa air yang diambil juga benar-benar masih suci. Untuk itu tidak sembrang gadis dapat mewakili dalam proses sakral ini. Bila mitos ini dilanggar, menurut kepercayaan warga setempat dapat mendatangkan 'sengkala' (bahaya-red).
Lazimnya, tirta amerta yang dipercaya memiliki kesucian ini, biasa digunakan untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan kegiatan ritual seperti jamasan pusaka, upacara ruwatan, wisuda waranggana, dan sebagainya. Usai upacara selesai dilanjutkan mandi bersama para pengunjung dan tamu undangan berebut masuk ke pemandian air terjun Sedudo.
Menurut sejarahnya, sebenarnya upacara siraman ini tidak ada. Kendati pun kepercayaan masyarakat tentang mandi air di Sedudo ini sudah turun-temurun – sejak nenek moyang kita. Baru sekitar tahun 1987, prosesi garapan tari dikemas sebagai kalender budaya dan berlangsung hingga sekarang.
Hal yang sama disampaikan Lies Nurhayati, Kepala Disparbuda Nganjuk, objek wisata Sedudo merupakan objek wisata handalan yang potensinya tidak kalah dari daerah lain. Untuk itu, lanjutnya, dia berharap kepada semua agar mendukung program pemerintah Nganjuk dalam bidang pariwisata. Selain itu, Lies Nurhayati juga berharap obyek wisata Air Terjun Sedudo bisa menarik pengunjung dan meningkatkan pendapatan asli daerah, sehingga Kabupaten Nganjuk akan mampu menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Timur hingga manca Negara. Untuk itu dia berpesan agar semua pihak, terutama yang berada di sekitar lokasi objek wisata bisa ikut menjaga dan melestarikan lingkungan.

Tari tayub Nganjuk

Di Kabupaten Nganjuk terletak sebuah padepokan kesenian tradisional yaitu padepokan kesenian tayub, yang lebih jelasnya berada di Desa Ngrajek, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk.
Desa Ngrajek, Kecamatan Tanjunganom, Kabupa...ten Nganjuk, Jawa Timur merupakan daerah pedesaan yang masih asri. Di daerah tersebut para penduduknya masih memegang teguh adat istiadat setempat. Mereka masih sangat menghargai alam dan sangat mencintai kesenian. Jika kita memasuki desa tersebut kita akan merasakan hawa seni yang sangat kental. Para penduduk di desa tersebut sangatlah ramah tamah dengan orang lain. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang sering kali bersifat individualis, bahkan tidak jarang masyarakat perkotaan tidak mengenali siapa yang menjadi tetangganya.
Setiap harinya para warga di Desa Ngrajek beraktivitas seperti masyarakat biasanya, sehingga desa tersebut tidak terlihat sebagai pusat kesenian tayub di Kabupaten Nganjuk. Akan tetapi jika ada hari-hari besar atau ada warga yang memiliki hajat desa tersebut pasti diramaikan dengan kesenian tayub. Terlebih jika bulan jawa atau bulan syuro tiba, desa tersebut akan sangat ramai oleh para pendatang dari desa lain bahkan dari kota lain dikarenakan pada bulan tersebut bertepatan dengan acara wisuda para waranggono yang sudah menjadi agenda tahunan di Kabupaten Nganjuk.
Tari Tayub atau acara Tayuban. merupakan salah satu kesenian Jawa yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari Jaipong dari Jawa Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari Gambyong yang lebih populer dari Jawa Tengah.
Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan kemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi ledhek. tari tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika agama , Dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. pada saat menarikan tari tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut. Sering terjadi persaingaan antara penari pria yang satu dengan penari pria lainnya, persaingan ini ditunjukkan dengan cara memberi uang kepada Tledek (istilah penari tayub wanita). Persaingan ini sering menimbulkan perselisihan antara penari pria.
Kesenian tayub yang pada zaman dahulu sempat masyhur diseluruh wilayah di Provinsi Jawa Timur, kini tak lagi dikenal oleh banyak kalangan masyarakat. Kesenian yang mengakar berabad-abad di Nganjuk itu harus bersaing keras dengan perkembangan era pertunjukan. Acara hajatan yang dulu selalu di meriahkan dengan tarian para waranggono kini telah kalah dengan panggung-panggung dangdut ataupun layar tancap yang menampilkan hiburan yang lebih menarik.
Mulai redupnya kesenian tayub banyak disebabkan karena, citranya yang dikenal identik dengan keburukan akibat para penikmat seni tayub yang menikmatinya dengan cara yang kurang sopan disertai dengan minum minuman keras. Untuk memperbaiki citra tayub, didirikan organisasi yang dapat memayungi kesenian tayub di Nganjuk. Didalam organisasi tersebut, selain diberikan pelajaran beragam gerak tari, para waranggono diberi pembinaan untuk mengikis tindakan tercela dari para penikmat seni tayub yang biasanya menyertai setiap pertunjukan tayub. Sebenarnya banyak gadis di Kabupaten Nganjuk yang ingin ikut dalam kesenian tayub sebagai waranggono. Para gadis tersebut sangat tertarik dengan kesenian tayub, selain karena ingin melestarikan dan mengembalikan kejayaan seni tayub seperti dahulu, mereka juga sangat tertarik dengan hasil yang akan mereka peroleh kelak jika mereka telah manggung atau pentas. Dalam sekali pentas para waranggono bisa mendapatkan honor hingga ratusan ribu rupiah, itupun belum termasuk uang hasil saweran para tamu yang menikmati tarian dari para waranggono.
Akan tetapi sekarang ini banyak orang tua yang melarang anak gadisnya yang ingin menjadi waranggono. Para orang tua takut dikarenakan kesenian tayub banyak dikenal masyarakat sebagai kesenian yang jauh dari kebaikan. Sehingga para gadis mengurungkan niatnya untuk menjadi waeanggono dalam kesenian tayub. Sehinga berakibat mundurnya kesenian tayub karena semakin tahun jumlah waranggono semakin berkurang.
Kesenian atau kebudayaan dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu unsur yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Karena dengan kebudayaan atau kesenian tersebut kehidupan manusia tidak terlihat monoton. Begitu juga dengan kabupaten Nganjuk yang dahulu sempat masyhur dengan kesenian tayubnya. Tetapi bagaimanakah pandangan banyak kalangan tentang kesenian tayub tersebut.
Para masyarakat umumnya memandang kesenian tayub dari sisi negatifnya. Dan bukan salah merekalah jika mereka memandang seni tayub seperti itu. Semua itu disebabkan karena, para tamu atau para penikmat seni tayub seringkali menikmatinya dengan mabuk-mabukan serta tidak jarang mereka melecehkan para waranggono yang sedang menari diatas panggung. Terlebih-lebih dalam pandangan kam muslim. Dalam kesenian tayub terdapat aksi saweran dan meminum minuman yang memabukkan. Padahal, saweran sebenarnya adalah pemberian uang kepada waranggono oleh seseorang setelah menari bersama. Pemberian atau saweran ini dilakukan sebagai ucapan terima kasih kepada waranggono atas kesempatan untuk menari bersamanya. Nilai dan jumlah saweran tidak ditentukan, tergantung kemampuan si penyawer. Namun, cara pemberiannya yang dilakukan saat saweran itulah yang dipandang negatif oleh halayak umum. Saweran biasanya diberikan dengan cara diselipkan pada dada waranggana. Bisa pada bagian luar atau bahkan juga ada yang menyelipkannya lebih dari itu. Tentunya, pemberi saweran memiliki niat yang negatif terhadap para waranggono
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki rasa seni yang tinggi tidak akan pernah lepas dari apa yang namanya kebudayaan ataupun kesenian. Dalam hal ini bagi masyarakat Nganjuk, sebuah kabupaten kecil di Provinsi Jawa Timur yang masih banyak warganya memegang teguh kesenian mereka, yaitu kesenian tayub.
Kesenian tayub merupakan seni tari yang mempertontonkan lekak-lekuk tubuh penarinya. Bagi para gadis yang ingin menjadi waranggono, mereka harus melewati beberapa syarat dahulu sebelum mereka diwisuda. Barlah setelah di wisuda mereka akan mendapatkan surat izin untuk menjadi seorang waranggono.

Sejarah kapten Kasihin

Desa Kedungombo, Warujayeng dijadikan markas oleh Yon 22/Sriti Kompi II pada masa-masa perang kemerdekaan. Di bawah pimpinan Kapten Kasihin sebagai pimpinan Kompi II, desa ini memiliki arti strategis militer tersendi...ri jika dibandingkan dengan desa lain. Sebab secara geografis letak desa Kedungombo berada di tengah-tengah antara posisi pos-pos militer Belanda dan posisi kompi Yon 22/Sriti. Posisi desa lebih terlindung dan baik untuk pertahanan. Sehingga untuk kepentingan perhubungan dan koordinasi relatif lebih mudah dan cepat.

Desa Kedungombo menjadi daerah basis militer yang ada di sebelah barat sungai Brantas. Beberapa kesatuan lain seperti Seorti CPM, Yon 38 Resimen 34 Surabaya (Marinir), Barisan M, Barisan Rahasia (BARA), dan Batalyon Pancawati (tidak menetap) juga mehetapkan Kedungombo sebagai pusat strategi. Mereka menempati rumah-rumah penduduk setempat yang memungkinkan mereka tempati sebagai markas perjuangan.

Sementara Kapten Kasihin, Letnan Siswohandjojo dan Letnan Joesoef di rumah Bapak Poerwodiharjo Para pejabat pemerintahan Kabupaten Nganjuk ketika itu juga ada disana. Seperti Bupati Nganjuk Mr. Gondowardojo dan Patih Djojokoesoemo di rumah Bapak H. Nur. Wedana Anam di rumah Bapak Dipo dan Camat Afandi di Rumah Bapak Djojosoemarto.

Selama perang gerilya perbekalan sangat sulit untuk dikirim dari markas ke tempat perjuangan. Termasuk di desa Kedungombo juga tidak pernah dikirimi perbekalan. Oleh sebab itu semua kebutuhan dicukupi penduduk setempat, termasuk bahan makanan dan pakaian.

Sedangkan amunisi dan bahan peledak tetap dikirim dari kesatuan. Peran penduduk sangat menentukan dalam perjuangan bangsa. Mereka tidak hanya menyediakan tempat dan makanan, tetapi juga menjadi pelaku langsung dalam setiap perjuangan. Hal ini dibuktikan bahwa yang gugur dalam pertempuran di Kedungombo tidak hanya yang tercatat sebagai tentara resmi, tetapi juga penduduk sipil setempat.

Kira-kira pukul 09.00 WIB Kapten Kasihin bersama dengan pengawalnya yang bernama Susah berjalan dari selatan (Tawangrejo) menuju ke arah utara. Baru berjalan beberapa ratus meter mendapat laporan dari seorang mata-mata Republik, bahwa Belanda sudah berada di Balai Desa (berjarak lebih kurag 600 meter dari tempatnya). Mendapat laporan demikian Kasihin tidak menghiraukannya dan terus berjalan ke arah utara.

Beberapa menit kemudian terdengar beberapa kali tembakan di pertigaan gang utara SDN Kedungombo I dan ternyata Kapten Kasihin terkena tembakan. Walaupun sudah tertembak ia berusaha lari ke arah timur sejauh lebih kurang 1 km dan masuk ke dalam rumah seorang penduduk di Tawangsari (rumah Bapak Rasio). Di rumah ini Kapten Kasihin mendapat perawatan tuan rumah sekitar 30 menit, sebelum Belanda menemukannya. Belanda yang mengetahui ada orang tertembak terus mengejarnya dan akhirnya menemukan Kapten Kasihin diturunkan di lantai dan kemudian dibunuh di tempat itu juga, sekitar pukul 09.30 WIB.

Menurut penuturan Ibu Parmi (istri Rasio) yang waktu itu di rumah hanya bersama dua orang anaknya yang masih kecil (satu masih digendong), bahwa Kapten Kasihin sebelum diketemukan Belanda sempat minta minum. Saat akan diberi minum itulah Kasihin mengucapkan kata-kata yang terakhir …. .. : Nggih ngeten niki Bu lhae nglabuhi negeri. ….. (Ya begini inilah, Bu, membela negara).

Setelah dibunuh, Kapten Kasihin ditinggalkan begitu saja oleh Belanda (menurut Ibu Parmi ketika Belanda mengetahui bahwa yang dibunuh berpangkat Kapten, mereka kemudian hormat kepada jenazah Kapten Kasihin. Tanda kepangkatan dilepas dan dibawanya). Jenazah Kapten Kasihin kemudian oleh para pejuang bersama rakyat dibawa ke rumah Kepala Desa untuk diberi penghormatan dan setelah itu dimakamkan di makam Kedungombo di dekat makam Kopral Banggo yang sudah dulu gugur di Desa Josaren Kecamatan Tanjung Anom.

Untuk mengenang jasa Almarhum Kapten Kasihin, sekarang ini di alun-alun Kabupaten Nganjuk berdiri kokoh monumen Kapten Kasihin menghadap ke arah selatan Jl. Ahmad Yani.

Sabtu, 14 September 2013

DAERAH SUKOMORO NGANJUK PENGHASIL BAWANG MERAH

pernah main ke sukomoro nganjuk? Di daerah ini juga di kenal sebagai sentral bawang merah. Tidak di pungkiri juga sukomoro nganjuk merupakan daerah penghasil bawang merah ke dua setelah brebes jawa tengah. Setiap hari transaksi di pasar sukomoro seakan tak pernah sepi. Lebih lebih pada bulan juli sekarang ini. Hasil bumi seperti lombok (cabe) dan bawang merah (brambang) melimpah ruah. Tentu saja akan berpengaruh terhadap harga barang tersebut.Karena barang yang tersedia lebih banyak dari jumlah konsumen atau minat beli nya. Di sukomoro nganjuk sebagai penghasil bawang merah terdapat jenis bawang merah antara lain bauji, philipin, thailand, dll. Harga juga tergantung besar kecilnya bawang merah. Karena ada sentir, tanggung, dan super (gede). Untuk brambang gedengan atau iket, mungkin lebih mahal dari yang super walaupun bentuknya kecil. Karena bisa tahan lama cocok untuk oleh oleh di kampung.

Mayoritas pekerjaan atau kegiatan masyarakat di sukomoro nganjuk adalah petani dan pedagang bawang merah (brambang). Tak heran jika di sebut sentra bawang merah terbesar di jawa timur. Lokasi di utara jalan raya madiun - surabaya ataupun sebaliknya. Sering juga di buat ajang kampanye para pejabat ataupun sekedar mencari dukungan. Antara lain eko patrio, vita kdi, pak karwo, megawati dan lain lain. Biasanya bulan juni sampai november ramai transaksi jual beli karena tepat waktu panen raya. Dan harga tentunya lebih miring dari bulan sebelumnya.

Nah bagi anda yang kebetulan melewati nganjuk tidak ada salahnya mampir dan membeli bawang merah di sukomoro sekedar buat oleh oleh buat keluarga di rumah. Untuk bumbu masak ataupun di jual kembali.

sumber artikel dari http://arieftewe.mywapblog.com/daerah-penghasil-bawang-merah.xhtml